FOTOGRAFI yang kita kenal sekarang ini mempunyai sejarah perjalanan
yang sangat panjang. Bermula pada abad 12 SM dari keheranan seorang
pedagang Arab - Ibnu al Haitam - yang menyaksikan gambar unta terbalik
di dalam kemahnya melalui sebuah lubang kecil. Penemuan mana kemudian
dilanjutkan dan dikembangkan oleh seorang pelukis terkenal Leo Nardi da
Vinci melalui ciptaannya yang dinamakan kamera Obscura. Pelukis di jaman
itu menggunakan kamera obscura untuk membuat silhuet dari
model-modelnya. Maklum, film belum dikenal manusia pada masa itu.
Hingga akhirnya orang mulai mengenal bahan peka cahaya yang dioleskan
pada pelat tembaga yang disinari untuk menimbulkan image (gambar). Dan
seterusnya hingga ditemukannya bahan film pada awal abad 20 dengan
perkembangannya yang kita kenal hingga saat ini. Tercatat nama-nama
Daguere, Niepce, Henry Fox Talbot dan George Eastman sebagai pelopor
dalam penemuan dan pengembangan teknologi film.
Sementara itu perkembangan teknologi kamera sebagai kotak penerus cahaya
berjalan seiring dengan perkembangan teknologi kimia peka cahaya
sebagai bahan dasar membuat emulsi film. Salah seorang pembuat kamera
yang sangat terkenal adalah Ernst Leitz dari Wetzlar (Jerman) yang
menciptakan kamera berukuran 135 mm pertama pada tahun 1920 yang tetap
bertahan hingga saat ini.
Selanjutnya dengan berkembangnya teknologi arus lemah di era 70an,
kamera yang semua "full mechanic" berangsur menjadi "full electronic".
Semua penghitungan pencahayaan hingga penggulungan film berlangsung
secara elektronik. Segala sesuatu menjadi lebih cepat, lebih mudah dan
lebih pasti mutu hasilnya.
Tetapi sementara itu dari sisi yang lain muncul sebuah teknologi baru
yang dikenal dengan nama digital. Teknologi digital kemudian berkembang
dengan sangat cepat melahap semua segmen teknologi yang ada dalam
kehidupan manusia modern - termasuk bidang fotografi.
Secara revolusioner, bahan peka cahaya yang semula berupa unsur-unsur
kimia dalam bentuk film itu kini peranannya diambil alih oleh sel-sel
peka cahaya yang meneruskan citra digital yang dihasilkan oleh
permukaannya ke dalam sebuah memory penyimpanan digital yang setiap
diinginkan siap menampilkan image yang disimpannya, melalui sebuah layar
monitor - yang terdapat pada setiap kamera digital.
Sebuah ancaman yang sangat serius untuk kamera-kamera konvensional yang
menjadi terasa sangat kuno. Terutama bagi fotografer generasi muda.
Pembuatan gambar kini tidak tergantung pada film lagi. Demikian juga
hasilnya yang "instant" sangat mengancam kehadiran film dan kelangsungan
lab-lab foto tradisional yang ada. Sebagai gantinya, muncul lab digital
yang lebih canggih dan akrab lingkungan karena bebas bahan kimia.
Lebih dari itu teknologi digital selain mempermudah proses penyimpanan
gambar, turut pula mempercepat pengiriman image dari satu tempat ke
tempat lainnya hanya melalui sebuah telpon genggam yang dioperasikan
dari sebuah tempat yang jauh dari kehidupan modern, berkat jasa satelit
telekomunikasi yang mampu menghubungkan semua bagian dunia ini dengan
memanfaatkan Teknologi Informasi di dalamnya yang populer dengan nama
Internet.
Dunia Internet yang kita kenal dengan nama dunia virtual atau maya
berjalan paralel dengan dunia nyata. Kita dapat menemukan di dalamnya
berbagai kegiatan maya dalam bentuk yang kita kenal dengan istilah
populer situs di Internet.
Tetapi kembali kepada kamera digital, benarkah teknologi yang baru
memulai kiprahnya itu akan dapat melahir generasi kamera digital untuk
jangka panjang? Sangat sulilt menjawabnya.
Beberapa waktu lalu seolah muncul dari tempat yang sangat tidak terduga,
lahirlah film elektronik yang justru mengancam kelangsungan kamera
digital. Bentuk fisiknya sama dengan film biasa, hanya lidah filmnya
"kaku" tidak dapat digulung, terbuat dari chip yang peka cahaya.
Memakainya? Cukup dipasang seperti biasa pada rumah film kamera Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar