salju

Rabu, 28 Maret 2012

Apa Itu BOKEH dalam Dunia Fotografi? Berikut Arti Dan Tips Membuat Foto Bokeh



 
 
 
apa itu bokehTIPSNTRICK.net - Jika kalian baru pertama kali mendengar istilah ini dalam dunia fotografi, jangan heran jika teman kalian sering juga berkomentar dan menyebutkan istilah "Bokeh".
Tapi Apa itu Bokeh ? Bokeh berasal dari Bahasa Jepang yang artinya "menjadi kabur", jadi secara teori bisa diartikan foto yang mempunyai karakteristik obyek tajam (fokus) dengan latar belakang yang sangat kabur (blur) atau selective focusing.



Bagaimana supaya kita bisa mendapatkan gambar yang bokeh? Masing-masih fotografer pasti mempunyai rasa/cara sendiri untuk membuat foto bokeh, hal ini berkaitan dengan sense of fotografer dan jam terbang yang berbeda. Untuk itu Kamera yang mendukung hasil yang bagus adalah kamera SLR/DSLR, meskipun kamera saku lainnya pun juga bisa. Semua itu bisa dipelajari.
Berikut Tips membuat photo Bokeh Menggunakan Kamera SLR/DSLR


  • Gunakan/set kamera pada mode manual (Aperture Priority)
  • Gunakan aperture sebesar mungkin, biasanya pada lensa ada tulisan f/x, semakin kecil x maka aperture semakin besar.
  • Perhitunkan jarak latar belakang dengan obyek foto, jika jarak latar belakang dengan obyek jauh maka didapat foto yang sangat kabur.
  • Gunakan Lensa Non-Zoom dengan aperture tinggi
  • Banyak berlatih tentunya

Berikut contoh foto bokeh contoh foto bokeh
contoh foto bokeh

Selasa, 27 Maret 2012

Haruskah Belajar Fotografi...?

Belajar photography
Pesatnya perkembangan fotografi dewasa ini berdampak dengan banyaknya media media pendidikan yang bisa menghantarkan kita untuk mengetahui dunia fotografi jauh lebih dalam lagi.
Beberapa orang memiliki kelebihan dengan bisa memotret dengan alamiah atau belajar secara otodidak. Ada juga yang memperoleh kemampuan foto dari sekolah secara formal atau tempat kursus.
Pada tahun 1980-an apabila kita ingin memperdalam ilmu fotografi haruslah keluar negeri. Dijaman sekarang ini belajar fotografi tidak harus keluar negeri, di dalam negeripun sekarang sudah menjamur tempat tempat belajar fotografi khususnya di kota kota besar di Indonesia. Selain dibangku kuliahan atau pendidikan formal banyak cara yang dapat kita coba dalam mempelajari fotografi. Bahkan dijaman digital ini kita masih bias belajar fotografi dari media internet. Namun semua tanpa didasari dengan kerja keras, ketekunan dan merasa puas diri maka seorang fotografer tidak akan sukses dalam tahapan belajar ini.
Dimana kita mempelajari fotografi :

1.Pendidikan Formal
Pendidikan formal fotografi adalah mempelajari fotografi di sekolah atau kuliah.
Pendidikan Formal dapat membuat kita menjadi lebih disiplin dalam mempelajari fotografi, dan juga memiliki mentor yang dapat membimbing kita sehinga proses belajar menjadi lebih efektif.
Jalur Formal biasanya biaya cukup mahal serta memiliki waktu yang tidak fleksibel karena kita harus mengikuti jadwal yang sudah ada.
Pendididkan Formal sama saja kita mengambil sebuah bidang studi dalam perkuliahan. Jadwal yang sudah diatur, pengajar yang sudah terjadwal hal tersebut akan lebih cepat menghantarkan kita jauh lebih cepat mempelajari dunia fotografi.

Biasanya program studi yang akan kita pelajari dalam pendidikan formal adalah :
- Sejarah fotografi
- Fotografi dasar
- Fotografi still life
- Fotografi fasion
- Foto jurnalistik
- Foto produk
- Foto pernikahan
- Fotografi alam dan satwa (wild life photography)
- Kamar gelap
- Industry fotografi
- Digital imaging

Apabila kita ingin memilih jalur formal dalam mengenal fotografi maka pilihlah sekolah yang sudah memiliki nama atau dikenal oleh banyak orang atau peling tidak sudah memiliki lulusan lulusan yang baik, karena kita sudah mengeluarkan biaya yang cukup banyak dan menyita waktu yang cukup lama dalam proses belajarnya jadi kita memilihlah yang terbaik dari yang baik.
Kesuksesan menjadi seorang fotografer tidak dilihat dari mana kita mengambil sekolahan atau gelar yang di sandangnya. Penilaian akhir dari seorang fotografer adalah hasil akhir dari karyanya. Kelebihan dari fotografer yang mengenyam pendidikan formal biasanya lebih menguasai teknik dan kuat dalam mengkonsep sebuah foto dengan berdasarkan teori yang dipelajarinya.

2.Pendidikan Informal
Pendidikan informal merupakan pendidikan fotografi yang sekarang ini sangat di gandrungi oleh para pendatang baru dalam dunia fotografi.
Pendidikan informal memilikin beberapa keungulan yakni biaya yang relative murah dan terjangkau serta memiliki waktu yang fleksibel dan kita dapat memilih materi apa saja sesuai kebutuhan yang kita mau. Namun dalam mengikuti pendidikan formal banyak fotografer menjadi tidak disiplin dalam mempelajari fotografi. Hal tersebut menyebabkan lamanya proses belajar.
Dimanakah pendidikan informal bisa kita peroleh…?

I. Workshop dan Seminar
Banyaknya workshop fotografi bisa kita ikuti,, hampir setiap minggu kita akan mendengar workshop photography di kota kota besar di Indonesia.
Kita akan dengan mudah mencari workshop di media internet, beberapa portal fotografi memfasilitasi event – event workshop. Maka rajin rajinlah searching untuk mencari workshop yang bagus.
Ikutilah beberapa workshop photography, jangan hanya satu kali. Karena belajar foto tidak bisa instan. Dengan mengikuti beberapa workshop serta seminar kita akan memiliki banyak sumber inspirasi dan ide ide kreatif yang baru.
Materi yang dapat kita peroleh dari workshop adalah :
- Oprasinal kamera
- Pengenalan dasar fotografi
- Teknik dasar fotografi
- Dasar dasar komposisi
- Model photography tingkat dasar
- Editing dan pengolahan foto
- Studio lighting tingkat dasar

Tips memilih workshop dan seminar:
Pilihlah beberapa workshop/seminar yang memiliki materi baik serta reputasi pembicara yang bagus. Dengan bekal informasi yang mungkin sudah kita miliki sebelumnya, kita dapat pastikan apakah sang pembicara dalam workshop/seminar itu kompeten atau tidak di bidangnya. Kalau Anda sama sekali tidak punya informasi tentangnya, cobalah bertanya kepada orang lain yang kira-kira mengetahuinya atau gali informasi dari media internet.
Sering kali seorang pembicara yang punya nama adalah juga seorang penulis buku. Dengan mengetahui bukunya, berarti Anda sudah memiliki referensi positif tentangnya.
Selanjutnya adalah perhitungkan cost akan kita keluarkan. Pada umumnya pembicara yang memiliki kompetensi tinggi dan terkenal, cenderung memasang tarif tinggi dalam workshopnya.
Pastikan sebelum kita mengikuti sebuah workshop bahwa materi yang disajikan sesuai dengan kebutuhan kita. Pertimbangkan relevansi materi atau isi yang dibicarakan dalam workshop/seminar dengan kebutuhan ilmu yang kita butuhkan. Kalau relevan, pertimbangkan untuk mengikutinya.


II. Buku & Artikel
Buku adalah jendela dunia, pililah buku buku yang dapat mengembangkan wawasan kita dalam fotografi. Dunia maya merupakan salah satu cara jalan pintas unutk bisa belajar fotografi. Begitu banyak e-book serta artikel artikel yang ada di media internet yang bisa baca unutk memperdalam belajar fotografi. Beberapa poltal fotografi banyak memfasilitasi beberapa artikel dan forum dalam membahas fotografi.
Cara paling efektif dalam mempelajari fotografi adalah memalui membaca, belilah bebera[pa buku panduan dalam mempelajari fotografi.
Luangkanlah waktu untuk membacanya, dengan membaca kita akan mempelajari hal hal yang baru. Beberapa fotografer banyak yang sukses dengan berbekal buku & artikel. Aplikasikan/praktekan lah hal hal yang baru kita pelajari dari buku & artikel. Kebanyakan dari kita hanya membaca saja namun malas mempraktekan. Dengan mempraktekan akan mempercepat proses belajar.

Tips memilih buku bermutu:
seringkali kita terkecoh dalam memilih buku yang bermutu, padahal kita sudah mengeluarkan uang yang cukup besar untuk membeli sebuah buku, akan tetapi isi dari buku tersebut tidak seperti yang kita harapkan. Bahasa yang sulit dipahami, berbelit belit dan membosankan.

Ada beberapa tips dalam memilih buku yang bermutu :
1. Bacalah sinopsisnya
Synopsis adalah ringkasan isi buku beserta kelebihan – kelebihanya. Biasanya synopsis di sajikan pada sampul belakang buku.
Bacalah synopsis bukunya sebelum memutuskan membeli.

2.Bacalah daftar isinya
Kita dapat mengetahui isi sebuah buku dengan melihat daftar isinya. Daftar isi merupakan poin demi poin yang terdapat dari sebuah buku.

3. Kenali penulisnya
Sebelum membeli sebuah buku ada baiknya kita cari tahu siapa penulisnya. Jika kita mengenal penulis buku tersebut sebagai penulis/praktisi yang berkualitas maka kita bileh merasa yakin membeli buku tersebut.

III. Club/Komunitas Foto
Komunitas atau club adalah organisasi sosial yang memilikin hobi yang sama. Di setiap kota kota besar di Indonesia umumnya sudah memiliki komunitas atau club fotografi. Ikutilah beberapa club/komunitas fotografi, dengan mengikuti sebuah club akan memperbanyak pertukaaran informasi, ilmu, tips dan trik dari para fotografer yang sudah lebih dulu terjun ke dunia fotografi.
Setelah mengikuti club luangkalah waktu untuk mengikuti beberapa kegiatan kegiatan club, hal ini cukup membantu untuk menambah refrensi serta ilmu ilmu yang baru dalam mengembangkan kemampuan kita.

Tips memilih club/komunitas:
Pilihlah club/komunitas yang berkwalitas, jangan memilih sebuah komunitas yang kegiatanya hanya berkumpul dan berbincang bincang di café saja. Pilihlah komunitas yang memiliki beberapa kegiatan rutin yang bisa mendorong kita jauh lebih dalam mengenal dunia fotografi.
Tanyalah dengan para pengurus/moderator dalam club/komunitas tersebut apa saja kegiatan kegiatan rutinya.
Club/komunitas yang bagus akan cepat mendorong kita mempelajari fotografi karena kita akan termotivasi dengan rekan rekan kita.


IV. Hunting fotografi
Hampir setiap akhir pekan kita sering mendengar Hunting Photography, Ikutlah beberapa Hunting Photography. Dengan kita mengikuti Hunting kita pun akan menambah portpolio kita dalam foto.
Pilihlah beberapa hunting yang bagus dan jangan gegabah dalam memilih hunting karena ini akan membuang budget percuma, jangan hanya tertarik dengan model yang cantik, lokasi yang bagus namun sesuaikan dengan kebutuhan portpolio kita.
Sempatkanlah sharing dengan rekan seprofesi saat hunting berlangsung, biasanaya kita malu untuk bertanya dengan teman baru. Dengan banyak bertanya dengan rekan seprofesi akan menambah berbagai wawasan yang baru.

Tips memilih hunting fotografi:
Ingat Hunting di buat untuk mempermudah fotografer untuk membuat porpolio.
Terkadang hunting fotografi disalah artikan untuk memamerkan gear kamera yang kita punya.
Jangan pernah minder dengan camera atau gear peserta lain.
Pilihlah hunting yang dapat menambahkan portpolio kita, jangan gegabah memilih hunting.


Tips dalam memilih hunting fotografi :
1. Kenali penyelengaranya
Dengan kita mengenal dan mengetahui penyelengara hunting maka kita tidak akan tertipu dalam mengikuti hunting tersebut

2. Cari tahu konsep huntingnya
Cobalah bertanya dengan penyelengara apa konsep huntingnya, apabila penyelengara melaksanakan hunting model maka kita wajib tahu siapa modelnya, apa wardrobe yang dipakai, apa saja susunan acaranya.

3. Sesuaikanlah dengan portpolio kita
Jangan mengikuti beberapa hunting dengan konsep yang hampir mirip padahal kita sudah memiliki stok foto atau portpolio yang sama.

V.Belajar dari kesalahan
Perbanyak menekan tombol shooter kamera, semakin banyak kita melakukan kesalahan dalam mengambil sebuah peristiwa maka semakin banyak belajar dari sebuah kesalahan. Kesalahan adalah proses belajar yang benar.
Sediakan waktu extra untuk mengevaluasi hasil jepretan kita, diskusikanlah dengan rekan seprofesi hasil jepretan kita. Mintalah masukan yang positif dari mereka agar kita dapat memperbaiki kembali hasil jepretan kita.
Minat dan tekat saja tidak lah cukup unutk menjadi seorang fotografer yang sukse. Kemampuan fotografi akan baik dan benar benar kita kuasi apabila kita secara serius mempelajari seluk beluk dan menjalami dunia fotogtafi.


Tips belajar dari sebuah kesalahan :
Kesalahan tidak semuanya buruk. Kesalahan akan memberikan dasar pengalaman baru kepada kita dan biasanya kita akan lebih cepat belajar sebuah pelajaran dari sebuah kesalahan.
Ada kalanya suatu waktu kita akan menemukan titik bosan dalam belajar foto, apalagi saat kita mencoba foto dengan berbagai cara namun masih saja jelek. Rasa bosan merupakan hal yang wajar, ini sering dialami oleh para fotografer baru, untuk mengatasi hal tersebut cobalah bangkit kembali dengan berburu foto sambil berekreasi dengan keluarga atau lihatlah pamera pamera foto, hal ini akan memicu semangat kita kembali unutuk terus belajar fotografi.
Jangan pernah putus asa dalam belajar, terus lah jepret….

Model Grafis, Photography dan Teknik Pencitraan Diri

Model pada puncaknya disebut, supermodel, istilah yang mula disemat pada Cindy Crawford, model tenar asli Amerika tahunan lalu. Lalu ia kini disebut-sebut saban hari , sekerap dunia petantang petenteng di dunia kecil kita.

"Supermodel adalah model fashion yang dibayar tinggi dan biasanya memiliki reputasi dunia dan sering memiliki latar belakang dalam haute couture dan permodelan komersial.[1] Istilah ini digunakan pada budaya populer tahun 1980-an sampai 1990-an. Contoh supermodel adalah Gisele Bündchen dari Brasil dan Heidi Klum dari Jerman. (www.wikipedia.org)"

Turunan dari penyebutan diatas diantaranya : model amatir, model iklan (seseorang yang memampangkan tampilan di iklan tv,radio,majalah,dsb) , model sampul majalah (biasanya wajahnya diperbanyak di sampul-sampul majalah). Penyebutan ini didasarkan pada pekerjaan.

Sekali lagi ,

"Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep.(www.wikipedia.com)."
Lalu,

MEMPOSEKAN diri di pinggir-pingir badan jalan, pada tembok beton gedung, menempel di tiang-tiang listrik, pada sudut-sudut persimpangan jalan, pada body kendaraan roda empat, pada objek yang visible. Hal ini yang bikin area publik di kota ini seperti pasar pajangan poster, di sudut terminal sana.

Mau yang berwajah oval, tirus, lonjong ?, atau berkulit hitam, sawo matang, putih?, atau suka pada yang kurus, gemuk, atletis ?, senang pada pose senyum, jempol ke atas, jas diselempangkan bahu ?, atau pada pose santai gemulai, dengan baju gaul ?, berpeci dan berbaju koko?, bisa jadi pada wajah berkumis senyum merekah ?, konon ini tampak manis dan bikin gemes.

Keriuhan sketsa wajah beserta teks dengan font ragam karakter memenuhi mata awam, sehingga sepertinya tiada tempat di kota ini tanpa foto. Ada trend penggunaan foto diri akhir-akhir ini. Foto dari mereka dinyatakan lolos verifikasi oleh Komisi Pemilihan Umum, dari mereka yang mengusung agenda mirip bait lagu KD, "…Pilih lah aku jadi CALEG MU".

Ragam foto caleg tersebar dalam bentuknya rupa-rupa medium komunikasi grafis (Poster, Spanduk, Baligho, Koran , Kalender, Pin, baju kaos, bahkan spot radio). Ukurannya pun beragam pula, ada yang kecil, besar, sangat besar tergantung jenis media yang digunakan. Tergantung jua dengan besaran kocek dikantong.

Bila keriuhan ini bahagian dari sebuah pesta, pesta demokrasi kini dinamai, maka kurang lebih 100 hari kedepan, pemandangan jangkau mata tak lepas dari foto-foto tersebut. Kecuali pandangan anda ke langit, atau ke tanah. Dan ini lah maksud dari semuanya.

Bukan hendak me_narsis_kan diri, atau too selfconfidence, namun sebagai sebuah strategi. Pengenalan diri pada tingkat terbawah. Juga karena Pemilu 2009 menetapkan suara terbanyak, aspek pengenalan via pertontonkan profil diri bagai keniscayaan. Artinya berdiam diri pada saat ini riskan minim pemilih.

Kini 35 partai politik (parpol) akan bertarung di Serumpun Sebalai. Ada beberapa partai politik parpol besar dengan tokoh-tokoh besar, ada parpol baru dengan nama-nama cukup disegani, ada juga parpol baru dengan wajah-wajah baru tentunya. Semua punya agenda sama, meraup simpati. Bila 573 Caleg Berebut 45 Kursi DPRD Provinsi Bangka Belitung, dari angka ini menggunakan strategi unjuk poster diri, maka bisa dibayangkan keriuhan pesta ini. seandainya setiap caleg memasang 10 pernik komunikasi lengkap dengan foto diri, maka nanti akan ada 5730 baligho, spanduk atau pun kolom halaman harian kita akan terisi mereka-mereka ini. Belum lagi mereka-mereka yang bertarung di tingkatan DPRD Kabupaten dan Kota, tingkat DPR Pusat dan Dewan perwakilan Daerah (DPD).


Efektifkah?

Bagi pemilik percetakan, ini berkah tersendiri. Orderan cetak spanduk, baligho, atau poster akan membludak seiring mendekatnya waktu pemilu nanti. Bisnis sekitarannya juga tak kalah untung, semacam fotografer, desainer, tukang las, tukang kayu. mereka ini semacam elemen dalam rantai produksi hulu ke hilir produk iklan kampanye, hingga nanti pernik tadi terpasang dengan gagah di tempat umum. Untuk pemilik media, sudah jelas.

Apakah tebaran pernik media komunikasi ini efektif?, Belum bisa diketahui, selain belum ada penelitian ilmiahnya, berhasil atau tidak foto diri dalam meng_gol_kan caleg lolos ke kursi dewan baru diketahui, ketika perhitungan hasil pemilu KPUD resmi diliris beberapa bulan nanti.

Untuk saat ini, harapan minimaladalah pengenalan wajah, tebar-tebar pesona dahulu. Seiring berjalannya waktu, diharap masyarakat jadi terbiasa dengan wajah-wajah ini. Analoginya, semakin sering dipandang semakin lekat ia di hati. Syukur-syukur nanti, pada saat hari_H Pemilu, wajah-wajah yang sudah dikenal yang akan dicoblos.

Sesederhana itu kah?, tentu saja. Ataukah ini bagian dari strategi ?, bisa jadi. Awalnya pengenal, lalu kekuatan parpol yang akan bicara dalam meraup simpati. Tak bisa dipungkiri, kebesaran parpol turut mempengaruhi persepsi pilih memilih. Apalagi dengan pengaruh tokoh parpol itu sendiri.

Menggunakan pernik media komunikasi tadi dipandang dari sisi biaya, tidak terlalui mahal-mahal amat. Dibandingkan dengan kampanye via televisi, iklan per kolom di media cetak, atau kunjungan ke masyarakat pemilih. Poster dan sejenisnya lebih irit. Disamping itu, unsur awet pada pernik komunikasi grafis jadi faktor yang mendorong caleg untuk beramai-ramai mengiklankan diri.

Lama-lama diperhatikan, seolah-olah rupa-rupa komunikasi grafis yang nge-trend saat ini. Padahal opsi yang lain, terlalu banyak untuk dikatakan. Tak terfikirkan, atau bisa jadi "dak sangat renyek e", "dak kawa nyusah e". Akhirnya beramai-ramai tebar pesona lewat pernik begituan. Alih-alih berhasil mengenalkan diri, strategi pemasangan produk grafis pada area-area publik bisa menjadi tak efektif untuk keberhasilan kampanye. Bahkan berbalik arah. Menjadi senjata makan tuan. Sebab ketidak jituan hal ihwal mengiklankan diri. Meski dirasa-rasa sudah bagus.

Ketika mereka memampangkan wajah dan aksesoris kampanye pada ruang-ruang public, meriuhkan pemandangan kota, bergerombol rebut tempat, Wajah kita, wajah Serumpun Sebalai, Indonesia pada akhirnya adalah wajah ragam tanda, tanda tanya.


Strategi Jitu atau boomerang?

Sebagai sebuah tindakan politik, kampanye dimaksudkan pada pencapaian dukungan. Bentuknya berupa slogan, pembicaraan, barang cetakan, penyiaran barang rekaman berbentuk gambar atau suara, rupa-rupa bentuk ini berarah pada rekayasa Pencitraan, lalu berkembang ia pada upaya penyamaan atau pengenalan sebuah gagasan,isu maupun ideologi.

Termasuk, pada rupa-rupa komunikasi grafis diatas dengan ragamnya yang sekarang, diperbanyak, ditempatkan pada ruang publik. Merupakan bagian kampanye. Ia bisa menjadi penyebar pesan diri pribadi, selain mengkomunikasikan gagasan atau semangat yang diusung kepada masyarakat pemilih.

Ketika Ferdinand de Saussure memperkenalkan semiotika dalam ranah komunikasi, sebuah disiplin yang mengkaji bahasa, proses membahasa dan proses berbahasa. Bahwa dalam setiap obyek yang dipakai oleh seseorang untuk mengungkapkan sesuatu kepada orang lain, selalu memiliki peran gandanya sebagai "yang menandakan sesuatu" dan sekaligus sebagai "yang ditandakan". Begitulah, ketika tebaran rupa-rupa atau pernik komunikasi tersebut ternyata tidaklah sesederhana benda mati terpancang di tanah. Ternyata ada tanda dan yang ditandakan pada tiap pernik media grafis tadi. Ragam makna jadinya.

Kalau menyaksikan iklan kampanye kota kita, sebenarnya tak begitu rumit karena unsur-unsur yang digunakan nampak sederhana. Walaupun begitu, pernik grafis paling sederhana pun tetap bermain dalam pengelolaan tanda. Bermain tanda dengan ramuan apik akan menghasilkan pesan (citra) tertentu. Dalam pandangan semiotika periklanan, ada dimensi-dimensi khusus pada sebuah iklan. Dimensi tersebut saling terkait dan mendukung untuk memperoleh sebuah citraan tertentu. Iklan, biasanya berisikan unsur-unsur tanda berupa objek (object) yang diiklankan, konteks (context) berupa lingkungan, orang atau makluk lainnya yang memberikan makna pada objek, serta teks (berupa tulisan) yang memperkuat makna (anchoring).

Foto diri, lalu diperkuat dengan slogan-slogan berbentuk teks, memberi makna tersendiri. Begitu pula mimik wajah, gerakan tubuh, pemilihan besar huruf, tebal tipis, dan elemen2 pendukung lainnya membentuk kesatuan tanda (signifier) . Besar kecil produk juga memberi pengaruh. Lokasi dan Posisi pemasangan dan jenis media itu sendiri sangat menentukan. Bukan benda sepintas lalu, tapi ia menjadi semacam penyebar pesan yang ternyata dapat dimaknai dengan subyektivitas masing-masing masyarakat.

Bahwa bahasa tulisan, menurut Saussure ternyata masuk pada salah satu dari sekian tanda. Serta ada lagi gambar atau simbol yang merupakan bahasa rupa didalamnya. Lagi-lagi, sebuah poster dengan poster yang lainnya dapat dimaknai berbeda, sebuah pernik grafis tadi bisa berarti sesuatu bagi sekelompok orang, sedang bagi kelompok lain ia bisa berarti sesuatu yang lain.

Poster atau baligho yang mampang di pinggiran dan simpangan jalan kota kita, pada umumnya memamerkan foto close Up, marginnya bisa disamping kiri, kanan atau tengah, dengan penempatan mencapai sekitar 50 persen halaman. Sisanya teks dan elemen tanda lainnya.

Ketika sebuah poster hanya menampilkan foto yang close up bisa berbeda artinya dengan semi full body. Yang close- up menandakan "biasa-biasa saja", tampilan ini seperti di lembar pemilih nanti, lengkap dengan daftar urutannya. Signifier foto berupa semi utuh dapat saja mencerminkan kepercayaan diri. Begitu pula letaknya, apabila centering dan memenuhi lay out, ini mengacu pada pusat perhatian. Sedang yang berbagi dengan tanda lain secara proporsional dalam perwajahan pernik tadi, mengacu pada membagi kesempatan tanda untuk tampil dan terlihat.

Sekilas, Tampilan foto rata-rata berpeci dan berbaju koko, berjas safari atau seragam parpol. Yang berpeci dan berkoko, ingin menegaskan religiusitas dan kedekatan dengan mayoritas, sedang berjas mengacu pada kesan formal dan berwibawa. Lain lagi dengan berjas parpol, bisa mengacu pada kebesaran partai sendiri. Ada juga yang berbaju gaul khas anak muda sekarang, yang ini signified_nya seseorang yang "gaul banget".

Begitupun pose seperti mengacungkan jari, ada seperti hendak bersalaman, mengacungkan jempol. Ini pose yang hidup, acuannya sebagai kedinamisan, yang close up tergantung juga. Pun seperti tampilan, foto KTP atau standar kartu nama, yah acuannya jadi biasa2 aja. Termasuk mimik wajah, apakah tertawa, senyum, datar. Tersenyum acuannya ke ramah tamah dan penuh kehangatan, sedang datar mengacu pada keseriusan dan formalitas. Yang tertawa, mengacu pada sosok yang humoris. Terakhir ini nampaknya tak ada.

Diperkuat dengan nomor caleg dalam tabel, fontnya diperbesar hingga sama besar, agar calon pemilih lihat jelas. Ada yang dipertegas dengan gambar bendera merah putih, bendera partai. Juga disandingkan dengan foto ketua umum partai politik atau pembesar di negeri ini, karena kebetulan sama partai. Kadang sama besar dengan foto caleg yang bersangkutan, bisa juga lebih kecil. Foto bersanding dengan pembesar ini mengacu pada dukungan dan restu politik.

Berikutnya pernik media tadi ditambahi teks, berbunyi mirip undangan nikahan, "Mohon Doa Restu", acuannya adalah sang caleg minta izin untuk jadi maju ke pencalonan secara baik-baik. Teks yang intinya sebagai anchoring ini kesannya lagi-lagi biasa saja. Kesan dipergunakan beramai-ramai membuat teks ini jadi standar umum, tak ada yang special.

Mengapa kami memilih anda?, harusnya yang disampaikan. Teks yang berupa slogan, seperti "Mari Berubah," "Bersih dan Peduli", Atau teks seperti,"izinkan Saya Mewakili Anda". Teks semacam ini mengacu pada jawaban atas tanya tadi. Bernada persuasive dan menggoda lebih baik dibandingkan "Mohon Doa Restu.". Sebagai anchoring pada media komunikasi satu arah, harusnya teksnya benar-benar powerfull.

Jika di pinggiran jalan pernik media ini terpasang berjejer rapi, di persimpangan lampu merah, mereka bergerombol, seolah rebutan posisi. Ini baru awal-awal yang nanti bakal ramai, setelah ada penambahan bendera parpol, atau hari-hari besar. Riuh rendah poster, spanduk, baligho, bendera parpol di ruas sisi jalan, tiang-tiang bendera dan pohon-pohon dilibatkan seperti yang sudah-sudah. Di kampung saya, keramaian ini tertandingi saat perayaan 1 Muharram. Untuk ihwal penempatan, para caleg kita cukup jitu.

Yang terpenting adalah bagaimana kemasan pesan ini sampai ke masyarakat, berhasil pada tataran sikap (behavioural). Ujungnya memilih. Ketika dilihat, lalu diterima indera penglihatan terus prosesnya runtun didalam memori otak, kemudian dipersepsi (encoding) sesuai dengan backgrounders yang bisa berupa ideologi, norma-norma, akan timbul makna yang subyektif.

Itulah mengapa lalu konteks budaya menjadi satu acuan yang terikat bagi berhasil atau tidaknya komunikasi suatu iklan. Misalnya, iklan caleg berjas safari yang memiliki konotasi formalitas dan intelektualitas belum tentu sesuai dengan konteks budaya suatu kelompok masyarakat tertentu. Berjas safari bisa memiliki makna berbeda, seperti keberadaan kaum elit atau jetset yang selalu identik dengan berjas. Penanda (signifier) caleg berjas bisa memiliki petanda (signified) "orang elit ". Tanda memang tidak dapat dilepaskan dengan konteksnya, sebagai contoh tanda lalu-lintas (lampu lalu-lintas) berguna pada saat dia dipasang di jalan raya. Tanda itu tidak akan ada gunanya apabila dipasang di ladang tebu di pedalaman suku terasing.


Akhirnya

Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai pembangkitan makna (the generation of meaning) . Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, setidaknya orang lain tersebut memahami maksud pesan kita, kurang kebih secara tepat. Supaya komunikasi dapat terlaksana, maka kita harus membuat pesan dalam bentuk tanda (bahasa, kata). Pesan-pesan yang kita buat, medorong orang lain untuk menciptakan makna untuk dirinya sendiri yang terkait dalam beberapa hal dengan makna yang kita buat dalam pesan kita. Semakin banyak kita berbagi kode yang sama, makin banyak kita menggunakan sistim tanda yang sama, maka makin dekatlah "makna" kita dengan orang tersebut atas pesan yang datang pada masing-masing kita dengan orang lain tersebut

Ketika era sekarang kreatifitas dalam beriklan adalah tuntutan, seorang perancang iklan dituntut bagaimana dia harus keluar dari situasi yang disebut "me too" positioning (itu ke itu). Perancang iklan caleg seharusnya berusaha untuk lepas dari posisi "dari itu ke itu" saja. Referent/acuan yang seidealnya terbebas dari penampilan tokoh yang dewasa, pintar, mengayomi , dan sejenisnya, sehingga signifier-nya bergerak direntang pada kehadiran pria dewasa nan bijaksana dalam konteks seorang tokoh dewan terhormat. Berujung pada iklan kampanye kreatif juga powerfull menarik massa. Namun alih-alih kreatif, acuan tanda untuk referent itu-itu saja bahkan sulit di jumpai pada rupa-rupa media komunikasi grafis sekarang.

Bandingkan, baligho operator selular kita, 3 (Three), yang hanya menampilkan baligho hitam sahaja, lalu dipertegas dengan kalimat tanya berwarna putih?. Iklan ini menggelitik sekaligus merangsang otak. Rentetan tanda disampaikan secara runut, dari awal disodori tanda tanya lalu di hari berikutnya kelebihan-kelebihannya, baru diakhir, diketahui apa itu 3 (three). Konsep pemasarannya kreatif. Sekreatif, operator lainnya, yang menggunakan tanda berupa monyet sebagai signifier. Ini beda tapi, meminjam istilah sekarang,"Kereeeen".

Kata Roland Barthes dalam "The Death of Author", bahwa ketika tanda (iklan) telah terlahir dan tertayangkan maka "pengarang telah mati". Dalam arti tidak ada kuasa iklan (orang di balik iklan). Kuasa berada di publik. Masyarakat bebas menafsirkan sendiri maksud dari iklan yang muncul.

Sekali lagi, bermain-main dengan rupa-rupa komunikasi grafis satu arah ini ibarat melempar umpan ke sungai, bila tepat banyak yang akan tertangkap, namun seperti boomerang, ketidakjituan melempar bisa-bisa berbalik arah dan menciptakan jurang antara caleg dan calon pemilih.***

FOTOGRAFI DI INTERNET

FOTOGRAFI yang kita kenal sekarang ini mempunyai sejarah perjalanan yang sangat panjang. Bermula pada abad 12 SM dari keheranan seorang pedagang Arab - Ibnu al Haitam - yang menyaksikan gambar unta terbalik di dalam kemahnya melalui sebuah lubang kecil. Penemuan mana kemudian dilanjutkan dan dikembangkan oleh seorang pelukis terkenal Leo Nardi da Vinci melalui ciptaannya yang dinamakan kamera Obscura. Pelukis di jaman itu menggunakan kamera obscura untuk membuat silhuet dari model-modelnya. Maklum, film belum dikenal manusia pada masa itu.
Hingga akhirnya orang mulai mengenal bahan peka cahaya yang dioleskan pada pelat tembaga yang disinari untuk menimbulkan image (gambar). Dan seterusnya hingga ditemukannya bahan film pada awal abad 20 dengan perkembangannya yang kita kenal hingga saat ini. Tercatat nama-nama Daguere, Niepce, Henry Fox Talbot dan George Eastman sebagai pelopor dalam penemuan dan pengembangan teknologi film.
Sementara itu perkembangan teknologi kamera sebagai kotak penerus cahaya berjalan seiring dengan perkembangan teknologi kimia peka cahaya sebagai bahan dasar membuat emulsi film. Salah seorang pembuat kamera yang sangat terkenal adalah Ernst Leitz dari Wetzlar (Jerman) yang menciptakan kamera berukuran 135 mm pertama pada tahun 1920 yang tetap bertahan hingga saat ini.
Selanjutnya dengan berkembangnya teknologi arus lemah di era 70an, kamera yang semua "full mechanic" berangsur menjadi "full electronic". Semua penghitungan pencahayaan hingga penggulungan film berlangsung secara elektronik. Segala sesuatu menjadi lebih cepat, lebih mudah dan lebih pasti mutu hasilnya.
Tetapi sementara itu dari sisi yang lain muncul sebuah teknologi baru yang dikenal dengan nama digital. Teknologi digital kemudian berkembang dengan sangat cepat melahap semua segmen teknologi yang ada dalam kehidupan manusia modern - termasuk bidang fotografi.
Secara revolusioner, bahan peka cahaya yang semula berupa unsur-unsur kimia dalam bentuk film itu kini peranannya diambil alih oleh sel-sel peka cahaya yang meneruskan citra digital yang dihasilkan oleh permukaannya ke dalam sebuah memory penyimpanan digital yang setiap diinginkan siap menampilkan image yang disimpannya, melalui sebuah layar monitor - yang terdapat pada setiap kamera digital.
Sebuah ancaman yang sangat serius untuk kamera-kamera konvensional yang menjadi terasa sangat kuno. Terutama bagi fotografer generasi muda.
Pembuatan gambar kini tidak tergantung pada film lagi. Demikian juga hasilnya yang "instant" sangat mengancam kehadiran film dan kelangsungan lab-lab foto tradisional yang ada. Sebagai gantinya, muncul lab digital yang lebih canggih dan akrab lingkungan karena bebas bahan kimia. Lebih dari itu teknologi digital selain mempermudah proses penyimpanan gambar, turut pula mempercepat pengiriman image dari satu tempat ke tempat lainnya hanya melalui sebuah telpon genggam yang dioperasikan dari sebuah tempat yang jauh dari kehidupan modern, berkat jasa satelit telekomunikasi yang mampu menghubungkan semua bagian dunia ini dengan memanfaatkan Teknologi Informasi di dalamnya yang populer dengan nama Internet.
Dunia Internet yang kita kenal dengan nama dunia virtual atau maya berjalan paralel dengan dunia nyata. Kita dapat menemukan di dalamnya berbagai kegiatan maya dalam bentuk yang kita kenal dengan istilah populer situs di Internet.
Tetapi kembali kepada kamera digital, benarkah teknologi yang baru memulai kiprahnya itu akan dapat melahir generasi kamera digital untuk jangka panjang? Sangat sulilt menjawabnya.
Beberapa waktu lalu seolah muncul dari tempat yang sangat tidak terduga, lahirlah film elektronik yang justru mengancam kelangsungan kamera digital. Bentuk fisiknya sama dengan film biasa, hanya lidah filmnya "kaku" tidak dapat digulung, terbuat dari chip yang peka cahaya. Memakainya? Cukup dipasang seperti biasa pada rumah film kamera Anda.

Fotografi Digital

DUNIA fotografi sekarang ini benar-benar mengalami perubahan yang drastis. Masa-masa mengisi gulungan plastik yang dicampur dengan bahan-bahan kimia di belakang sebuah kamera tampaknya akan berakhir. Kebosanan menunggu film diproses di lab pun akan berakhir. Era kamera digital sekarang ini sudah menyeliputi siapa saja, dan semua orang akan mencoba pengalaman baru dan memanfaatkan kemajuan yang dicapai dalam teknologi kamera ini. Memang, di sisi lain kita masih melihat kalau kamera digital sekarang ini masih menyimpan kemiripan dengan kamera yang selama ini kita kenal. Bentuk kotak yang terbungkus plastik atau kerangka besi ringan masih tetap melekat dengan lensa yang mengatur ketajaman fokus maupun aperture dan shutter yang mengatur berapa banyak cahaya yang bisa masuk ke dalam kamera. Perbedaannya hanya tidak adanya rol film yang selama ini kita kenal.
Pengalaman menggunakan kamera digital dan konvensional memang memberikan beberapa nuansa yang sama sekali baru. Setidaknya, hasil foto-foto yang diambil bisa langsung dilihat hasilnya seketika. Hasil seketika ini memang memberikan dimensi lain, antara lain siapa saja dan di mana saja seseorang berada bisa berbagi foto hasil jepretannya dalam seketika. Hal lain yang juga dicermati adalah proses belajar fotografi pun menjadi semakin cepat dan bisa disimak oleh siapa saja yang berminat tanpa khawatir akan membuang uang karena harus membeli beberapa rol film.
Pilihan kamera digital di pasaran sekarang ini pun beragam macam. Jasa fotografi yang biasanya dilakukan oleh perantara sebuah lab foto, sekarang mulai diambil alih oleh situ-situ Web di jaringan Internet. Teknologi kamera digital yang dimulai dengan gambar-gambar beresolusi rendah, sekarang sudah jauh berkembang dibanding lima tahun lalu dan tetap mampu mempertahankan semboyan "lebih indah dari aslinya".
Akan tetapi, di sisi lain, pun sampai pada sebuah taraf kebingungan ketika memilih kamera mana yang memberikan hasil terbaik, karena selain teknologi yang dikandung kamera digital sekarang ini semakin mendekati satu sama lain, harga yang ditawarkan pun beragam. Apalagi, berbagai aksesori kamera, seperti tambahan lensa sudut lebar maupun lensa tele, serta pilihan pencahayaan menggunakan lampu flash juga beragam.
Megapixel
Sekilas, persaingan piksel dalam kamera digital menjadi ajang persaingan yang setara seperti halnya persaingan kecepatan prosesor komputer PC yang setiap kali selalu diperbarui dalam kurun waktu tertentu menambah gigahertz yang sudah ada di pasaran. Oleh karena itu, kita jangan sampai terkecoh dengan jumlah megapiksel yang digembar-gemborkan penjual kamera digital, karena benar bahwa ada kamera yang mempunyai jumlah megapiksel yang lebih banyak tapi tidak serta-merta kamera ini menjadi yang terbaik.
Yang perlu diingat adalah semakin banyak sel-sel sensitif foto yang ditampung dalam chip CCD (Charge Coupled Device) yang mengatur sensitivitas pencahayaan, semakin banyak gangguan-gangguan elektronik yang dihasilkan. Hanya pembuat sirkit elektronik yang cerdik dan canggih yang mampu menangani persoalan ini. Dan sekarang ini memang menjadi persoalan serius, karena belum terlihat siapa penghasil chip CCD terbaik sekarang ini yang menurut pengamatan memang akan didominasi oleh banyak perusahaan seperti Canon, Nikon, Fuji, Sony, dan lainnya.

ISO Digital Kamera

Film pada dasarnya digolongkan berdasarkan nomor yang disebut nomor ISO. ISO singkatan dari International Standard Organization. Dulu kita mengenalnya sebagai ASA (American Standard Association). Kata ISO sendiri tidak mengandung arti kata khusus, kecuali ISO Speed. ISO Speed adalah nomor yang digunakan untuk merepresentasikan International Standard Organization guna merating sensitivitas film dan jumlah cahaya yang diperlukan kamera untuk menangkap foto.
Jadi, semakin gelap kondisi pencahayaan obyek yang akan Anda ambil, semakin tinggi pula ISO Speed yang Anda butuhkan. Sebagai contoh, untuk pengambilan gambar di pantai pada tengah hari, Anda harus memilih film dengan ISO serendah mungkin. ISO 100 biasanya sudah cukup untuk berbagai kondisi. Film dengan ISO yang tinggi kita sebut sebagai film cepat. Sebaliknya, film dengan ISO rendah kita sebut sebagai film lambat.
Ada harga yang harus dibayar dengan ISO yang tinggi, yaitu gambar yang dihasilkan akan lebih grainy (grainnya tampak jelas) dan warnanya akan semakin redup/dull.
Film dibuat dengan lapisan plastik yang dilapisi butiran kimia yang peka terhadap cahaya - yang disebut grain. Semakin tinggi /cepat setting ISO film, semakin besar grainnya, sehingga kita bisa bekerja di kondisi pencahayaan yang rendah. Jadi, semakin besar Anda akan mencetak film, anda harus memilih film yang lebih lambat/lebih rendah ISOnya. Tapi, ini bukan jaminan utama untuk mendapatkan hasil cetak yang baik. Faktor utama dari kualitas percetakan adalah kecepatan Film dan tipe film, Exposure, Fokus dan Kualitas lensa. Semakin baik faktor ini, semakin baik gambar yang akan Anda dapat dan Anda cetak.
Bagaimana dengan Kamera Digital?
Pada dasarnya, prinsip kerja film tersebut sama. Bedanya, kita tidak lagi menggunakan media film. Jadi, yang bekerja di sini adalah amplifikasi dari sensitivitas sensor kamera digital terhadap cahaya. Semakin gelap kondisi ruangan, semakin tinggi smplifikasi sensitivitas sensor.
Sama dengan prinsip kerja film, semakin tinggi ISO kamera Digital, gambarnya akan semakin grainy dan intensitas warna pun turun. Pada ISO yang tinggi, di kamera digital akan menimbulkan efek samping yaitu Noise. Untunglah pada kamera digital High End, ada Noise Filter sehingga masalah ini bisa diatasi. Dengan semakin tingginya ISO, berarti jarak efektif fiash juga meningkat. Semakin jauh jangkauan Flash pada kamera digital anda.
Pada kamera digital yang menyediakan Option untuk Manual ISO (100,200, 400 dan seterusnya) dan Auto ISO, sebaiknya Anda pilih Manual ISO sesuai dengan kondisi pemotretan Anda. Karena, bila kita menggunakan Auto ISO bisa terjadi dua kemungkinan, yaitu ISO yang diset melebihi kebutuhan, atau sebaliknya, ISO yang diset justru kurang dari kebutuhan anda.
Untuk masalah mencetak ukuran yang besar, pada kamera digital hal ini lebih dipengaruhi oleh besar resolusi kamera digital. Semakin tinggi Resolusi kamera digital, semakin besar anda dapat mencetaknya. ISO pada kamera digital lebih cenderung mempengaruhi kualitas grain dan warna pada image digital.

Panduan Praktis untuk mencetak Hasil Foto Kamera Digital

Hasil foto dengan menggunakan Kamera Digital bisa kita lihat langsung melalui Komputer tanpa harus membawa ke lab foto untuk dicetak. Namun tidak bisa dihindari bahwa kita terkadang masih memerlukan hasil foto yang dicetak sehingga bisa dilihat kapan saja dan dimana saja tanpa tergantung dengan komputer. Pada artikel ini akan dijelaskan panduan praktis untuk mencetak hasil foto Kamera Digital.
Sebelumnya saya ingin memperjelas sedikit tentang kerancuan-kerancuan yang ada dalam istilah yang sering dipakai, yaitu :
  • Besar Resolusi yaitu 1280x960 (1MegaPixel), 1600x1200 (2 MP ), 3MP maupun 4MP dan lain lain itu adalah menandakan banyaknya titik yang ada dalam gambar tersebut. Semisal foto dengan resolusi 1600x1200 berarti ada 1600 titik di horizontal dan 1200 titik di vertikal.
  • Densitas foto 72dpi, 180dpi, maupun 300dpi (terlihat pada EXIF data yang menempel pada foto yang bersangkutan) itu menandakan tingkat kerapatan dari titik - titik tersebut dalam suatu satuan ukuran inch (dot per inch). Misalnya kita selama ini mendengar ada printer berkemampuan cetak dengan densitas 300dpi, 600dpi, 1200dpi, maupun 4800dpi. Contoh printer dengan kemampuan densitas 4800dpi itu berarti bisa mencetak sebanyak 4800 titik sepanjang garis 1 inch (2,54cm), begitu juga dengan printer berkemampuan densitas 300dpi berarti hanya bisa mencetak 300 titik sepanjang garis 1 inch (2,54cm).
Terkait dengan hal - hal diatas, maka kita patut mengetahui juga bahwa mesin cetak foto itu biasanya berkemampuan densitas 300dpi sehingga kita akhirnya sering memakai patokan ini sebagai standard densitas minimum yang diperlukan baik untuk mencetak di laboratorium foto ataupun dengan printer sendiri.
Berikut daftar ukuran kertas foto yang biasanya dipakai di laboratorium foto :
2R = 6 x 9 cm
3R = 8,9 x 12,7 cm
4R = 10,2 x 15,2 cm
5R = 12,7 x 17,8 cm
6R = 15,2 x 20,3 cm
8R = 20,3 x 25,4 cm
8R Plus = 20,3 x 30,5 cm
10R = 25,4 x 30,5 cm
10R Plus = 25,4 x 38,1 cm
Kita akan mengambil contoh salah satu ukuran yang biasa dipakai yaitu 4R dalam hal ini, yaitu : 10,2x15,2cm
(10,2cm : 2,54) x 300dpi = 1204 titik atau pixel
(15,2cm : 2,54) x 300dpi = 1795 titik atau pixel.
Dengan ini berarti kita mengetahui bahwa resolusi minimum yang dibutuhkan untuk mencetak 4R adalah 1795 x 1204 pixel.
Dalam hal ini berarti boleh dikatakan bahwa resolusi kamera digital yang mendekati ukuran tersebut mungkin adalah 2MP yaitu 1600x1200. Tetapi harus diingat bahwa adanya perbedaan rasio panjang lebar antara file kamera digital (4:3) dengan standar kertas foto (3:2) itu biasanya berakibat terjadinya cropping (pemotongan) pada samping2 foto karena laboratorium foto itu biasanya melakukan sedikit peregangan secara otomatis pada file – file yang bersangkutan, misalnya foto dengan resolusi 1600x1200 akan diperbesar menjadi 1795x1346 untuk memenuhi ukuran frame minimal dari 4R untuk kemudian dicropping lagi sehingga bagian yang tercetak itu tetap beresolusi 1795x1204.
Ada beberapa kasus dimana ada yang berhasil melakukan pencetakan dengan ukuran 8R hanya dengan kamera 2MP ataupun juga mungkin bisa 10R. Dalam hal ini kita harus melihat lagi beberapa hal yaitu :
  1. Kompleksitas dari gambar yang diambil, misalnya gambar - gambar dokumentasi orang tentunya jauh berbeda tingkat detailnya dibandingkan dengan gambar pemandangan alam misalnya pada waktu sunrise). Dalam hal ini gambar orang biasanya lebih mudah untuk diperbesar dibandingkan dengan gambar pemandangan alam)
  2. Tingkat kompresi dari gambar yang dipakai (dengan ACDSee biasanya terlihat dengan click kanan properties, bagian file, di compression ratio). Biasanya file - file yang berpotensi dan bisa dicetak jauh lebih besar dari ukuran yang direkomendasikan itu file - file dengan tingkat kompresi antara 5 - 10. Lebih dari itu, biasanya sulit sekali untuk meningkatkan ukuran gambar.
  3. Ada beberapa kamera yang menyediakan mode RAW dan juga mode TIFF pada hasil akhir gambar yang ditangkap, dalam hal RAW file dan TIFF file itu tidak terdapat kompresi sama sekali sehingga sangat dimungkinkan untuk melakukan resize ulang untuk melakukan cetak pada ukuran lebih besar.
Dari 3 hal diatas, seringkali saya sendiri juga bisa melakukan cetak pada 10R maupun 12R dengan kamera 4MP yang saya miliki meskipun secara perhitungan tidak memungkinkan untuk melakukan pencetakan tersebut. Dalam hal ini kita bisa melakukan test sederhana apakah file yang bersangkutan masih bisa untuk dicetak pada ukuran yang bersangkutan atau tidak dengan cara melakukan image resize pada photoshop
Semoga artikel berikut ini berguna sebagai panduan anda dalam melakukan pencetakan foto anda dari kamera digital. Di bawah ini saya buatkan daftar acuan praktis untuk pencetakan foto yang diinginkan beserta resolusi yang dibutuhkan.
3R = 8,9 x 12,7cm @300 dpi = 1051x1500 pixel
4R = 10,2 x 15,2cm @300 dpi = 1205x1795 pixel
5R = 12,7 x 17,8cm @300 dpi = 1500x2102 pixel
6R = 15,2 x 21,6cm @300 dpi = 1795x2551 pixel
8R = 20,3 x 25,4cm @300 dpi = 2398x3000 pixel
8R Plus = 20,3 x 30,5cm @300 dpi = 2398x3602 pixel
10R = 25,4 x 30,5cm @300 dpi = 3000x3602 pixel
10R Plus = 25,4 x 38,1cm @300 dpi = 3000 x 4500 pixel

Indoor - Outdoor Flash dan Bounce/Diffuse

Penggunaan Flash sangat membantu apabila kita pemotret pada ruangan yang kondisi cahaya gelap. Tapi apabila kita tidak tepat mengatur setting untuk penggunaan flash, maka hasil foto tidak akan maksimum, terkadang masih kurang terang atau bahkan terlalu terang. Untuk itu artikel lanjutan ini akan menjelaskan bagaimana penggunaan indoor flash dan juga bagaimana outdoor flash digunakan serta penjelasan tentang bounce dan diffuse flash. (Artikel ini adalah sambungan dari artikel Blitz for Dummies)
Indoor Flash
Blitz sering bahkan hampir selalu digunakan di dalam ruangan. Alasannya karena di dalam ruangan biasanya penerangan lampu agak kurang terang untuk menghasilkan foto yang bisa dilihat. Memang, ada teknik menggunakan slow shutter speed untuk menangkap cahaya lebih banyak, tapi biasanya hal ini menyebabkan gambar yang agak blur karena goyangan tangan kameraman maupun gerakan dari orang yang ingin kita foto. Karena itu, biasanya kita menggunakan blitz.
Penggunaannya biasanya sederhana. Kita bisa setting kamera digital di auto dan membiarkannya melakukan tugasnya atau bisa juga kita melakukan setting sendiri menggunakan perhitungan yang sudah dilakukan di atas. Tidak sulit. Hanya saja, ada beberapa hal perlu kita perhatikan agar mendapatkan hasil maksimal.
  1. Jangan memotret obyek yang terlalu dekat dengan blitz yang dihadapkan tegak lurus. Ambil contoh dengan blitz GN 20 yang menurut saya cukup memadai sebagai blitz eksternal bagi kamera digital dalam pemotretan indoor dalam ruangan (bukan aula). Jika kita ingin memotret sebutlah orang pada jarak 2 meter dengan ISO/ASA 200 maka kita membutuhkan f/16 yang tidak tersedia pada sebagian besar PDC dan akan menghasilkan gambar yang over. Karena itu, untuk PDC/DSLR biasanya sudah terdapat flash built-in yang TTL dan memiliki GN agak kecil (8-12 pada sebagian PDC, 12-14 pada DSLR). Gunakan itu daripada flash eksternal untuk obyek yang agak dekat.
  2. Kombinasikan flash dengan slow shutter speed untuk mendapatkan obyek utama tercahayai dengan baik dan latar belakang yang memiliki sumber cahaya juga tertangkap dengan baik. Ini adalah suatu teknik yang patut dicoba dan seringkali menghasilkan gambar yang indah. Jangan takut menggunakan speed rendah karena obyek yang sudah dikenai flash akan terekam beku (freeze).
  3. Bila ruangan agak gelap, waspadai terjadinya efek mata merah/red eye effect. Efek mata merah ini terjadi karena pupil mata yang membesar untuk membiasakan diri dengan cahaya yang agak gelap tetapi tiba-tiba dikejutkan cahaya yang sangat terang dari flash. Jika kamera dan/atau flash terdapat fasilitas pre-flash/red eye reduction, gunakan hal ini. Jika tidak, akali dengan mengubah sudut datangnya cahaya flash agar tidak langsung mengenai mata. 
  4. Dalam ruangan pun ada sumber cahaya yang kuat seperti spotlight. Hindari memotret dengan menghadap langsung ke sumber cahaya kuat tersebut kecuali ingin mendapatkan siluet yang tidak sempurna (kompensasi under 1 – 2 stop untuk siluet yang baik). Dalam kondisi demikian, gunakan flash untuk fill in/menerangi obyek yang ingin dipotret tersebut. 

Bounce/Diffuse
Flash adalah sumber cahaya yang sangat kuat. Selain itu, flash adalah cahaya yang bersumber dari sumber cahaya yang kecil (sempit). Karenanya, bila cahaya ini dihadapkan langsung pada suatu obyek akan menyebabkan penerangan yang kasar (harsh). Dalam sebagian besar foto dokumentasi konsumsi pribadi dimana petugas dokumentasi menggunakan kamera point & shoot (film/digital) ini bisa diterima. Tetapi dalam tingkat yang lebih tinggi dimana hasil foto ini akan menjadi konsumsi umum, alur keras cahaya akan memberi efek yang kurang sedap dipandang. Ditambah lagi biasanya ini akan menyebabkan cahaya flash memutihkan benda yang sudah agak putih dan menyebabkan detail-detail tertentu lenyap.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal ini dalam artian melunakkan cahaya tersebut:
  1. Memperluas bidang datang cahaya yaitu dengan memantulkannya ke bidang lain (bounce).
  2. Menyebarkan cahaya yang datang dari sumber kecil tersebut sehingga meluas (diffuse).
Bounce flash dilakukan dengan cara memantulkan flash ke satu bidang yang luas sehingga cahaya datang dalam sudut yang lebih luas. Kita bisa menggunakan langit-langit atau dinding yang ada dalam ruangan. Jika flash eksternal yang terpasang pada kamera digital terhubung melalui hot shoe, maka flash tersebut harus memiliki fasilitas tilt untuk memantulkan cahayanya. Jika terpasang melalui kabel synchro, maka kita bisa memasang flash pada bracket dengan posisi sedikit menghadap ke atas/samping atau memegangnya dengan posisi demikian. Posisi memantulkan yang tepat agar cahaya jatuh tepat pada obyek adalah dengan menghadapkan flash tersebut pada langit-langit di tengah fotografer/flash dan obyek. Beberapa hal perlu kita perhatikan dalam memanfaatkan bounce flash ini adalah:
  1. Jarak untuk menghitung f/stop berubah bukan menjadi jarak kamera dan obyek tetapi berubah menjadi jarak yang dilalui oleh cahaya flash tersebut. Normalnya pada sudut tilt 45° kita akan melebarkan aperture 1 stop dan pada sudut tilt 90° kita melebarkan aperture sebesar 2 stop. Tentunya ini hanya panduan ringkas. Pada pelaksanaan tergantung teknis di lapangan.
  2. Berkaitan dengan no. 1 di atas, maka jarak langit-langit/dinding tidak boleh terlalu jauh atau akan jadi percuma.
  3. Gunakan selalu bidang pantul berwarna putih dan tidak gelap. Warna selain putih akan menyebabkan foto terkontaminasi warna tersebut sedangkan warna gelap akan menyerap cahaya flash tersebut.
  4. Perhatikan bisa terjadi kemunculan bayangan pada sisi lain cahaya. Misalnya jika kita memantulkan ke langit-langit maka kita akan mendapatkan bayangan di bawah hidung atau dagu dan jika kita memantulkan ke dinding di kiri maka akan ada bayangan di sebelah kanan. Untuk mengatasinya kita dapat menyelipkan sebuah bounce card di bagian depan flash tersebut sehingga ketika kita memantulkan cahaya ke atas/samping kita tetap memiliki cahaya yang tidak terlalu kuat yang mengarah ke depan dan menetralisir bayangan yang muncul.
Untuk mengambil foto secara vertical, akan mudah kalau kita menggunakan koneksi kabel karena kita dapat dengan mudah menghadapkan flash ke atas jika menggunakan bracket atau dipegang. Tetapi jika koneksi kita adalah hot shoe maka pastikan flash kita memiliki fasilitas swivel head sehingga dapat kita putar menghadap ke atas. Lebih bagus lagi jika kita memiliki flash yang dapat di-tilt dan swivel. Ini akan mengakomodasi sebagian besar kebutuhan kita.
Cara lain melunakkan cahaya adalah dengan memperluas dispersinya. Caranya gunakan flash diffuser. Flash diffuser akan menyebarkan cahaya yang keluar dari flash ke segala arah sehingga cahaya yang keluar tidak keras. Umumnya tersedia diffuser khusus untuk flash tertentu mengingat head flash berbeda-beda. Dapat juga kita membuat sendiri diffuser untuk flash kita menggunakan bermacam-macam alat. Ketika kita menggunakan diffuser, sebenarnya kita menghalangi area tertentu dari arah cahaya flash dan membelokkannya ke tempat lain. Ini mengurangi kekuatan flash yang kita gunakan tersebut. Jika diffuser yang kita gunakan adalah hasil beli, maka kita dapat membaca berapa kompensasi aperture yang kita perlukan ketika menghitung eksposur. Biasanya terdapat pada kotak atau kertas manual. Jika kita memutuskan membuat sendiri, maka kita bisa melakukan eksperimen berkali-kali agar mendapatkan angka yang pas untuk kompensasi yang diperlukan kali lainnya.

Outdoor Flash
Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan flash, maka kita akan tahu kalau itu berlaku untuk suasana pemotretan yang kekurangan cahaya. Karenanya, kita umumnya tidak memikirkan tentang perlunya penggunaan flash pada pemotretan luar ruangan (siang hari, of course) karena sinar matahari sudah sangat terang. Di sinilah kesalahan kita dimulai. Flash sangat dibutuhkan pada pemotretan outdoor, terutama pada:
  1. Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti ini, meter kamera akan mengira suasana sudah cukup terang sehingga akan menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under karena cahaya kuat tersebut percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara mengakalinya adalah dengan melakukan fill in pada obyek sehingga walaupun latar sangat terang tetapi obyek tetap mendapat cahaya.
  2. Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan muncul bayangan pada bawah hidung dan dagu. Gunakan flash untuk menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce card atau diffuser.
  3. Obyek berada pada open shade (bayangan). Flash digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang sama pada keseluruhan obyek karena bayangan akan membuat gradasi gelap yang berbeda-beda pada bagian-bagian obyek apalagi wajah manusia.
  4. Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda oleh birunya langit dan rela mendapat foto langit putih ketika memotret outdoor maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa menggunakan flash atau dengan flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit biru silahkan lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit tetap biru sekaligus obyek tercahayai dengan baik, gunakan metering pada langit dan fill flash pada obyek. Ini akan menghasilkan perpaduan yang tepat dan pas.
  5. Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan gunakan flash karena efek yang ditimbulkan awan mendung akan sama seperti jika kita berada di bawah bayangan.

Tips Memilih Kamera Digital

Kamera Digital mempunyai jenis yang bermacam-macam dan fitur yang terkadang membuat kita bingung untuk memilih sesuai dengan kebutuhan kita. Memilih kamera sebenarnya gampang-gampang susah terutama bagi pengguna yang masuk kategori pemula atau amatir. Oleh karena itu, tips ini sangat berguna bagi calon pengguna kamera sebelum memilih kamera digital yang diinginkan. Berikut beberapa tips sebelum berburu kamera digital.
Resolusi
Gambar digital dibuat oleh titik-titik yang disebut piksel. Resolusi ini merujuk pada banyaknya piksel yang bekerja sama membuat suatu foto. Biasanya ditunjukkan oleh horizontal x vertikal. Resolusi 1280x960 memiliki total 1,2 Megapiksel. Semakin besar resolusi akan memproduksi foto yang juga lebih baik.
Sesuaikan resolusi yang ditawarkan dengan pilihan Anda. Biasanya dalam satu kamera tersedia pilihan resolusi yang berbeda. Jika hanya ingin mengirim foto melalui e-mail, resolusi 640x480 sudah memadai. Tapi jika ingin mencetak sebaiknya pilih resolusi yang lebih besar, agar gambar tidak pecah dan buram.
Pastikan fitur pendukung lainnya
Sebelum membeli, pastikan kamera digital pilihan Anda memilih beberapa fitur pendukung seperti kemampuan memori tambahan. Ini untuk memperbesar gudang penyimpanan foto Anda.
Jika sesekali menginginkan gambar bergerak, pilih kamera yang mendukung video karena beberapa kamera digital ada yang hanya berkemampuan audio saja. Sesuaikan dengan kebutuhan Anda. Video atau audio?
Selain itu perhatikan kemampuan zoom yang ditawarkan. Optical zoom menjadi pusat perhatian ketimbang digital zoom, si peranti kunak yang menyediakan fasilitas croppping dan memperbesar gambar.
Lampu kilat (flash)
Rata-rata produk kamera digital dilengkapi dengan lampu kilat yang terintegrasi. Ada yang otomatis atau perlu menekan tombol on untuk menjalankannya. Flash berguna sebagai pendukung cahaya.
Gambar yang diambil dalam kondisi agak gelap dapat tetap tampil maksimal dengan bantuan lampu menyilaukan.
Perhatikan juga apakah si ramping memiliki fitur tambahan seperti pengurang efek mata merah. Beberapa produk juga datang dengan pilihan foto untuk pengambilan gambar di malam hari atau night scene.
Layar LCD
Layar LCD di bagian belakang kamera digital memudahkan Anda melihat obyek. Di sini Anda juga bisa melihat dan menghapus gambar yang tidak diinginkan. Pilih layar LCD dengan kandungan resolusi yang cukup besar sehingga warna yang tampil lebih natural. Ukuran layar juga berbeda-beda. Pastikan layar tidak terlalu kecil, sehingga gambar bisa tampil maksimal.
Self-timer
Self timer biasanya bisa mencapai 10 detik. Selain memudahkan memotret gambar diri, fitur ini juga berguna untuk mengambil gambar dalam keadaan cahaya yang kurang karena bisa mengurangi guncangan akibat tekanan pada tombol pengambilan gambar.
Daya tahan baterai
Kalau tak ingin kesenangan terputus gara-gara baterai loyo, Anda perlu memperhatikan berapa lama sumber listrik ini bisa bertahan. Memilih baterai yang bisa diisi ulang (rechargeable) adalah tindakan bijaksana dan lebih hemat.
Koneksi
Perhatikan apakah kamera digital Anda bisa berhubungan dengan perangkat digital lainnya seperti televisi, printer, PC atau Mac. Anda akan tertolong dengan adanya USB kabel.
Anda juga bisa mencetak gambar dengan bantuan kabel USB. Beberapa kamera digital sudah mendukung PictBridge yang membuat Anda leluasa mencetak gambar langsung dari kamera digital meski mereknya berbeda.
Adapun keenam vendor yang mempelopori standar terbuka itu adalah Canon, Hewleet-Packard, Seiko Epson Corporation, Olympus Optical Company, Fuji Photo Film Corporation dan Sony Corporation.
Kalkulasi harga
Jangan lupa untuk mengkalkulasi harga perangkat pendukung lainnya seperti baterai isi ulang dan adapter AC.
Waktu operasi
Pilih kamera digital yang tidak butuh waktu terlalu banyak setelah jeda pengambilan gambar. Selisih waktu 4 hingga 6 detik saja mungkin membuat Anda kurang puas dengan kinerja si ramping.
Bandingkan harga dan garansi
Jangan hanya terpikat pada sati toko saja. Kalau ada waktu luang tidak ada salahnya Anda melakukan riset kecil-kecilan sebelum membeli.
Margin keuntungan yang berbeda menjadi sumber mengapa harga yang Anda temui di toko yang satu tidak sama dengan yang lain. Perhatikan juga garansi.

Akhirnya jangan hanya terpikat pada bentuk tubuh yang menggoda tapi perhatikan isi atau fitur yang ada di dalam suatu produk.
Silahkan menggunakan fasilitas Kamera-Digital.com Forum untuk melihat dan mencari informasi tambahan sebelum memutuskan pilihan anda.

TIPS Pengguna Pocket-Consumer Digicam - Mencegah Under Exposure

Umumnya pengguna kamera saku, mengeluh hasil foto yg mereka dapatkan cenderung kurang terang (under exposure), terutama flash photography (indoor), ini terutama karena pada kamera jenis ini hanya mengandalkan built-in flash yg rendah intensitas cahayanya, sehingga jangkauan / coverage areanya terbatas, ditambah kebiasaan memotret pada jarak maximum jangkauan flash.
Yang sering terjadi adalah:
  • pada wide angle lens (zoom out max), hanya daerah tengah saja yg cukup cerah, sementara pada bagian tepi / pojok, cenderung lebih gelap, ini dikarenakan keterbatasan coverage area flash (terlepas masalah design lensa, vignetting).
  • pada lensa tele (zoom in max), cenderung keseluruhan kurang cerah (under), ini disebabkan pada posisi zoom in, bukaan aperture mengecil, sehingga lebih banyak dibutuhkan cahaya, akibatnya jangkauan flash memendek.
Untuk menghindari problem tersebut, kita perlu tahu kemampuan flash kamera, umumnya pada kamera saku hanya diberikan data jangkauan max flashnya, misalnya: wide angle: 3 m, tele: 2 m, pd ISO 100.
Setiap peningkatan 1 stop / double (ISO 200), jarak tersebut meningkat 1,4 kali, 2 stop / quadruple (ISO 400) meningkat 2 kalinya, sebaliknya bila ISO turun ½ nya (ISO 50) menurun 0,7 kali.
Untuk mencegah under exposure, usahakan memotret dalam jarak sebelum / di bawah jangkauan max flash.
Ada beberapa hal yg harus diperhatikan:
1.Gunakan ISO tertinggi utk kondisi cahaya kurang (low light) dan atau utk obyek bergerak (foto sport / action), agar obyek cukup tercahayai, sekaligus “membekukan” gerak.
Kelemahan dgn penggunaan ISO tinggi, terutama pada kamera bersensor kecil ini, adalah peningkatan noise (dlm kamera analog / film, grainy), akibat peningkatan sensitifitas sensor terhadap cahaya dengan cara menaikkan gain amplifier sensornya. Tapi tingkat noise ini (umumnya consumer digicam max ISO 400), masih layak cetak utk ukuran kecil (3-4R), bila anda “alergi” dengan noise / grainy, hindari ISO 400, gunakan max ISO 200.
2.Gunakan flash dgn speed rendah (slow synch flash) agar obyek + backgroundnya cukup tercahayai dengan baik.
Ini terutama berguna untuknight shoot / scene, di mana BG yg gelap, akan cukup tercahayai (cerah), hanya yg perlu diingat, walau menggunakan blitz, krn pada speed rendah, usahakan menjaga kamera + subyek fotonya tetap steady (disarankan meng-gunakan tripod / alternatifnya). Keuntungan lainnya, semakin rendah speednya, semakin lebih natural warna cahaya asli yang terekam (misalnya: warna lampu pijar yg lebih warm).
3.Gunakan nilai (+) EV (exposure compensation) utk “mencerahkan” hasil foto kita.
Keuntungan dengan cara ini, adalah: peningkatan kecerahan tidak dibarengi dengan peningkatan noise, karena cara kerjanya adalah dengan menurunkan speed sampai batas “aman”, di mana speed masih cukup tinggi untuk handheld, bila ini masih belum cukup, maka aperturenya yang akan diperbesar; terkait dengan cara kerjanya, kita harus memperhitungkan akibatnya:
  • semakin besar nilai (+) EV-nya, semakin rendah speednya, ini tidak cocok untuk “membekukan” gerak obyek, lebih cocok untuk still foto.
  • bila sampai aperturenya diperbesar, maka DoF-nya akan memendek, tapi hal ini jarang, apalagi mengingat kamera saku digital mempunyai DoF yang “sangat” panjang, kecuali untuk foto macro.
  • karena kecerahan ini sengaja kita “tambahkan”, maka hindari penggunaannya utk foto dalam jarak dekat / close-up (1 m atau kurang), untuk menghindari over exposure; lebih berguna untuk foto yang mendekati jangkauan max flashnya, agar tidak under  exposure hasilnya.
  • Seberapa besar nilai (+) EV-nya (exposure value) ? tergantung berapa cerah foto yg kita inginkan, kondisi penerangan di lokasi pemotretan, dan jangan lupa sesuaikan dengan ISO setting yg kita gunakan, utk itu lakukan percobaan dulu utk menentukan nilainya.
    Umumnya nilai +2/3 - 1 (+0,7 - 1,0) pd ISO 100-200 sudah cukup, pada kondisi tertentu yg membutuhkan tingkat kecerahan tinggi, mungkin baru cukup pd ISO 400 (misalnya: foto group yg terpaksa dilakukan pd jangkauan max flash). Untuk auto ISO setting, perhatikan range ISO-nya, umumnya antara 100-200, 100-400, 50-150, tergantung merk / type kameranya (walau kamera umumnya cenderung memilih ISO terendahnya).

    RETOUCH IMAGE DIGITAL - Untuk Keperluan Cetak

    Untuk mendapatkan hasil yang indah, terkadang perlu dibantu dengan program komputer sehingga hasilnya bisa lebih baik. Berikut adalah langkah-langkah yang sering dilakukan pada image digital untuk keperluan cetak, dengan menggunakan program Photoshop 7.0:
    1.Levels (Ctrl+L):
    utk memperbaiki tonal balance image, geser slider histogram (input levels) pada ujung kiri / kanan (black / white point) shg tdk terdapat gap (posisikan pada titik di mana awal mulai menanjak / menurunnya histogram), bila image terlihat kurang terang, geser slider tengah (mid point) ke kiri (biasanya cukup antara 1,20 - 1,40). Bagi yang sudah terbiasa, Curves (Ctrl+M) akan dirasa lebih powerfull dengan fungsi yang sama.
    Auto Levels dapat digunakan, jika kita merasa cukup puas dgn hasilnya, walau tdk selalu berhasil.
    Auto Color dapat digunakan utk mengoreksi warna, jika kita mempergunakan ini, tidak perlu lagi pengaturan Levels, krn pada Auto Color, selain dilakukan koreksi warna, juga sekaligus diperbaiki levelnya;
    jika kurang puas, dapat dilakukan dgn Color Balance dan / atau Hue/Saturation.
    2.Burn / Dodge Tool:
    Untuk memperbaiki “bagian” image yang terlalu terang / gelap, lakukan bilamana diperlukan.
    3.Healing Brush / Clone Stamp Tool:
    Untuk “menambal” bagian image yang cacat atau yang tidak dikehendaki dgn bagian image lain yang mirip.
    Healing Brush cocok bila tekstur aslinya ingin dipertahankan (mis: menghilangkan jerawat wajah);
    Clone Stamp akan “menjiplak” persis seperti aslinya.
    4.Blur / Sharpen Tool:
    Untuk mengaburkan / menajamkan “bagian” image,
    Blur Tool sering digunakan untuk “menyembunyikan” bagian image yang dianggap mengganggu (mis: mengaburkan kerutan2 wajah), sebaliknya Sharpen Tool banyak digunakan untuk menajamkan bagian image yang kurang tajam.
    5.Crop Tool:
    Digunakan untuk mengcropping sekaligus meresize image sesuai dengan format ukuran cetaknya, di sini kita juga bisa memperbaiki framming foto seperti apa yang dilakukan dengan Rectangular Marquee Tool (selection), dengan catatan perbandingan panjang - lebarnya sudah ditentukan sebelumnya, atau memperbaiki sudut pandang (perspektif), terutama berguna pada pemotretan dgn lensa sudut lebar (wide angle lens), di mana lebih mudah terjadi barrel distorsion (terutama pada tepi frame, utk obyek arsitektur).
    Isilah panjang / lebarnya sesuai dengan ukuran cetak yang kita inginkan (dalam satuan cm atau inch), jangan lupa isi resolusinya sesuai dengan resolusi cetaknya, saat ini resolusi cetak minilab foto adalah 300 ppi.
    Jangan lupa, kita harus menyesuaikan resolusi image kita dengan ukuran cetaknya (resolusi 300 ppi), agar hasil cetaknya optimal, karena bila dipaksakan image dengan resolusi rendah, dicetak dalam ukuran besar, hasilnya tidak akan optimal, walau secara otomatis saat resize, dilakukan interpolasi (meningkatkan jumlah pixel), tapi detail, informasi warna, dll. tidak bertambah, sehingga hasilnya adalah image dengan detail rendah, kurang tajam, lebih banyak noise / artefact. Agar hasil akhirnya optimal, usahakan image aslinya cukup baik dengan resolusi cukup tinggi, sesuai dengan ukuran cetaknya; maksimal interpolasi boleh dilakukan sebesar 1,5-2,0 kali, pastikan metode Bicubic yang kita pilih untuk hasil terbaik; bila kita ingin hasil yang lebih baik lagi, terutama untuk keperluan cetak ukuran besar, bisa mempergunakan plug-in Photoshop (optional) dengan metode “Fractal”.
    Contoh image digital dengan max ukuran cetaknya (pada resolusi 300 ppi) TANPA interpolasi:
    1600 x 1200 (2 MP) : 4R
    2048 x 1536 (3 MP) : 5R dst.nya.

    6.Unsharp Mask (USM):
    Filter ini termasuk filter sharpen, kelebihannya kita dapat mengatur parameternya sesuai dengan kebutuhan, lakukan pada langkah terakhir, atau setiap setelah melakukan resize image, di mana umumnya image menjadi lebih soft (berkurang ketajamannya).
    Untuk keperluan cetak:
    Amount: 100-200% untuk meningkatkan kontras pixel, umumnya cukup 150%.
    Radius: 1-2 pixel
    untuk menentukan jumlah pixel di sekitar tepi pixel yang ditajamkan, untuk tepatnya: bagi nilai resolusi cetaknya dengan angka 200, misalnya: resolusi cetak 300 ppi, berarti 300/200= 1,5 pixel.
    Threshold: 2-20 pixel
    untuk menentukan seberapa tajam pixel dari daerah sekitarnya. Umumnya cukup sekitar 15 pixel, nilai yang terlalu kecil, akan membuat noise / artefact berlebihan.
    Satu yang perlu diingat, hasil USM pada cetakan, TIDAK sedramatis seperti yang terlihat di monitor (pembesaran 100%).
    Bila ingin melihat “preview” hasil cetaknya, tampilkan dgn hand tool: print size, untuk amannya zoom-in 40-50%, krn biasanya hasil cetak lebih detail / tajam dari zoom 24%.
    NB:
    Kita tidak perlu merasa “bersalah” dengan melakukan retouch image digital yang kita dapatkan dengan kamera digital, karena hal yang samapun dilakukan pada saat proses pencetakan di lab foto pada hasil cetak film (kamera analog), apa yang kita dapatkan, adalah yang sudah “jadi”, bedanya adalah, dengan “digital dark room”, kita lebih mudah melakukannya (sendiri, atau oleh operator lab foto).

    Membuat Background Blur - Dengan Photoshop 7.0

    Bagi pengguna kamera digital, terutama kelas consumer, di mana kamera menggunakan sensor yang lebih kecil dan panjang lensa yang terbatas, sulit untuk mendapatkan DOF yang dangkal, agar background terlihat blur, yang sering digunakan untuk mengisolasi / menonjolkan obyek, terlebih umumnya kamera kelas ini bersifat serba otomatis (Point & Shoot).
    Dengan bantuan Photoshop, hal tsb mudah dilakukan, di sini diberikan cara yang agak rumit, sehingga hasilnya akan lebih baik:
    1. Buat seleksi thd obyek yang ingin kita pertahankan ketajamannya (paling mudah dgn Magnetic Lasso), untuk memperhalus hasil seleksi, klik select-feather (ketikan nilainya antara 1-4) dan select-smooth (ketikan nilainya antara 2-6).
    2. Buat layer baru hasil seleksi tsb (layer via copy, Ctrl+J),  sembunyikan layer ini (layer1), dgn cara mengklik icon matanya pada palet layers.
    3. Aktifkan / pilih layer background, gunakan Smudge Tool (letaknya pada tool box, satu group dgn blur / sharpen tool), lakukan penarikan pixel di sekitar seluruh tepi obyek ke arah dalam (menuju tepi obyek), agar cepat, pilih ukuran kuas tdk terlalu besar diameternya dan image dalam tampilan pembesaran yang tidak terlalu besar (mis: dalam Hand Tool, pilih tampilan Fit on Screen); tujuan penggunaan tool ini, adalah agar tidak terlihat “halo” pada tepi obyek, yang sering terlihat bila kita menggunakan cara sederhana (seleksi obyek, select-inverse, gaussian blur).
    4. Kemudian pilih filter-blur-Gaussian Blur, ketikan nilainya, tergantung seberapa blur background yang kita inginkan (umumnya nilai antara 6-10 sudah cukup)..
    5. Perlihatkan kembali layer baru hasil seleksi (layer 1) dengan cara mengklik kembali icon mata pada palet layersnya, kita akan melihat hasilnya, di mana pada tepi batas obyek, tidak terlihat halo. Bila kita merasa hasil seleksi kurang halus, bisa kita perbaiki pada layer 1 tsb, mis: dengan Eraser Tool, untuk menghapus kelebihan seleksi yang kita lakukan.
    6. Terakhir, simpanlah (save) hasil kerja kita, bila kita merasa sudah puas dan tidak berencana untuk mengeditnya lagi, gabunglah layer tsb (flatten image),  terutama bila image tsb akan disimpan dalam format JPEG.
    Selamat mencoba.

    Tips Membeli Kamera Digital

    Semakin lama, kita semakin menyadari, bahwa kebutuhan kita akan pendokumentasian suatu moment sangatlah penting. Dengan kamera digital, kita akan semakin mudah dalam mewujudkan keinginan kita tersebut. Namun, sebelum membeli kamera digital, ada beberapa tips yang dapat dijadikan pegangan :
    Sesuaikan keperluan Megapixel
    Banyak iklan yang mengexpose megapixel, namun banyak juga dari kita tidak mengerti sampai sebesar apa megapixel yang kita butuhkan. Biasanya, semakin besar megapixel dari sebuah kamera, harganya juga akan semakin mahal, namun untuk kualitas gambar, megapixel yang besar tidak menjamin kualitas yang baik. Sebuah kamera digital dengan 2 megapixel sudah cukup untuk foto sehari-hari dan cukup untuk dilihat di layar komputer dan dicetak sampai dengan ukuran 6R. Jika anda berencana mencetak pada ukuran lebih besar, setidaknya diperlukan 3 megapixel. Selanjutnya jika masih mau mencetak lebih besar lagi, maka megapixel yang semakin besar sangat anda butuhkan. Namun jika dipaksakan, kamera dengan megapixel yang kecil masih bisa mencetak pada ukuran kertas yang besar, namun kadang-kadang hasilnya akan terlihat kabur.
    Perhatikan battery dan chargernya
    Jika kamera anda menggunakan battery lithium, pemakaiannya tidak terlalu memerlukan banyak perhatian, cukup dicharge dan pakai, kalo selesai dipakai, silahkan di charge lagi. Bebeberapa kamera menggunakan battery jenis AA. Untuk jenis ini, kita bisa memilik menggunakan battery Alkaline, atau battery yang bisa diisi ulang. Kami selalu menyarankan setiap user untuk menggunakan battery jenis isi ulang dibandingkan jenis Alkaline, memang harga battery isi ulang sedikit lebih mahal dibandingkan Alkaline, tetapi kemampuanya dipakai beberapa kali (diisi ulang bisa sampai 500x pemakaian normal), maka harga battery ini akan menjadi jauh lebih murah. Penjelasan detail tentang battery ini, bisa dicari di artikel lain pada situs ini. Tetapi harap berhati-hati untuk tidak membeli battery isi ulang jenis AA yang palsu, karena sekarang sudah banyak beredar dipasaran.
    Optical Zoom (dan Digital Zoom)
    Perbesaran gambar secara optical (ini berbeda dengan digital zoom). Usahakan kita mendapatkan kamera dengan minimal 2x optical zoom. Sebagian besar kamera digital mempunyai fasilitas optical zoom, dan ini sangat berguna buat kepentingan kita mengabil gambar untuk jarak yang agak jauh dari tempat kita. Jangan terkecoh dengan digital zoom, rata-rata kamera digital semuanya mempunyai fasilitas digital zoom, namun hasil perbesaran dengan digital zoom akan mengakibatkan hasil foto kita jadi pecah dan tidak jelas. Sebaiknya apabila tidak terpaksa, usahakan untuk selalu menghindari pemakaian digital zoom. Digital zoom dapat juga di lakukan dengan software di PC.
    Fasilitas Bantuan untuk low-light
    Pada kondisi cahaya yang tidak terang, biasanya kamera akan kesulitan mendapatkan focus sebelum kita shoot object tersebut. Oleh karena itu, beberapa kamera digital dilengkapi dengan lampu bantuan (bentuknya bermacam-macam) yang berfungsi untuk membantu pengambilan foto pada tempat yang kurang cahaya. Ini sangat penting terutama pada pengambilan foto di dalam ruangan.
    Perhatikan Memory Storagenya
    Beberapa kamera mempunyai memory internal didalamnya, tetapi biasanya kapasitasnya tidak terlalu besar. Oleh sebab itu, kita harus memastikan bahwa kamera digital kita dilengkapi dengan port untuk memory external, sehingga kita dapat memberikan tambahan memory sesuai dngan kebutuhan kita. Ada berbagai macam jenis memory yang dapat dipakai pada kamera digital, jenis dan bentuknya biasanya disesuaikan dengan jenis kamera digital tersebut. Harganya bervariasi, namun semakin besar kapasitasnya, maka harganya akan semakin mahal juga. Internal memory yang ada pada kamera digital bisa anda abaikan bila kamera digital tersebut tidak memiliki fasilitas tersebut.
    Cobalah kamera tersebut sebelum membeli
    Kamera digital hampir sama dengan digital media lainnya, biasanya dilengkapi dengan menu dan tombol-tombol pengontrol untuk disesuaikan dengan keperluan kita. Beberapa amera memiliki perintah yang mudah dimengerti dibanding jenis lainnya. Perbandingan mudah atau susah dapat anda simpulkan jika anda sudah mencobanya. Juga perhatikan time delay dari mulai kita tekan tombol shoot sampai gambar selesai diambil (shutter lag), kamera tertentu ada yang delaynya sangat lama, tetapi ini juga berpengaruh dari kondisi ruang dan cahaya tempat kita mencoba kamera tersebut. Coba juga lensa zoomnya (optical zoom), apakah dapat digunakan dengan mudah dan cepat. Ketahuilah juga berapa lama waktu yang harus ditunggu dari mulai menghidupkan kamera sampai kamera siap untuk digunakan. Jangan lupa mencoba LCD dan viewfindernya.
    Cari tahu informasi sebanyak-banyaknya
    Ada baiknya anda mengetahui terlebih dahulu kemampuan, spesifikasi, dan kekurangan dari kamera yang anda taksir untuk dibeli itu. Bertanya kepada pakar, atau orang yang sudah pernah menggunakan akan sangat membantu kita untuk menentukan apakah kamera tersebut layak untuk dibeli. Beberapa website di internet banyak memberikan review tentang kamera digital, mulai dari yang mengulas secara global sampai direview sedetail-detailnya. Tempat diskusi di Internet juga sangat dianjurkan untuk dijadikan referensi sebelum membeli kamera digital.
    Fitur tambahan
    Banyak kamera digital yang dilengkapi dengan fitur tambahan, salah satunya yang selalu ada adalah kemampuan untuk merekam gambar bergerak (video). Pada kamera digital, fitur ini hanyalah sebagai tambahan saja dan kemampuannya sangat terbatas. Harap anda tidak menentukan keputusan membeli kamera digital dari kemampuan kamera tersebut untuk merekam video. Hasil rekaman video dari kamera digital tidak akan bisa maksimal, kamera digital didesign untuk menghasilakan foto diam secara maksimum. Jika anda lebih berniat merekam video, sebaiknya dipertimbangkan untuk membeli handycam atau alat sejenis yang memang dibuat untuk merekam video.
    Pertimbangkan membeli card reader
    Card reader adalah alat tambahan yang digunakan untuk membaca memory card pada kamera digital. Pada saat kita membeli kamera digital, pasti sudah disertakan kabel dan driver untuk mentransfer/memindahkan foto dari kamera ke komputer. Namun jika kita menggunakan alat yang disebut card reader, maka kita akan menghemat waktu untuk mentransfer dari kamera ke komputer dan dilakukan dengan cara yang sangat mudah, selain itu jika kita menggunakan card reader, maka kamera kita tidak perlu dihidupkan (on) dan akhirnya kita juga bisa menghemat umur battery kita. 

    Sejarah Fotografi, Sejarah Teknologi

    FOTOGRAFI secara umum baru dikenal sekitar 150 tahun lalu. Ini kalau kita membicarakan fotografi yang menyangkut teknologi. Namun, kalau kita membicarakan masalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari peran cahaya, sejarah fotografi sangatlah panjang. Dari yang bisa dicatat saja, setidaknya "fotografi" sudah tercatat sebelum Masehi.
    DALAM buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 sebelum Masehi, seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang, maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi.
    Kemudian, pada abad ke-10 Masehi, seorang Arab bernama Ibn Al-Haitham menemukan fenomena yang sama pada tenda miliknya yang bolong.
    Hanya sebatas itu informasi yang masih bisa kita gali seputar sejarah awal fotografi karena keterbatasan catatan sejarah. Bisa dimaklumi, di masa lalu informasi tertulis adalah sesuatu yang amat jarang.
    Demikianlah, fotografi lalu tercatat dimulai resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya.
    Adalah tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.
    Penemu fotografi dengan pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Tapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma.
    Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan.
    Meskipun tahun 1839 secara resmi dicanangkan sebagai tahun awal fotografi, yaitu fotografi resmi diakui sebagai sebuah teknologi temuan yang baru, sebenarnya foto-foto telah tercipta beberapa tahun sebelumnya.
    Sebenarnya, temuan Daguerre bukanlah murni temuannya sendiri. Seorang peneliti Perancis lain, Joseph Nicephore Niepce, pada tahun 1826 sudah menghasilkan sebuah foto yang kemudian dikenal sebagai foto pertama dalam sejarah manusia. Foto yang berjudul View from Window at Gras itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.
    Niepce membuat foto dengan melapisi pelat logam dengan sebuah senyawa buatannya. Pelat logam itu lalu disinari dalam kamera obscura sampai beberapa jam sampai tercipta imaji.
    Metode Niepce ini sulit diterima orang karena lama penyinaran dengan kamera obscura bisa sampai tiga hari.
    Pada tahun 1827, Daguerre mendekati Niepce untuk menyempurnakan temuan itu. Dua tahun kemudian, Daguerre dan Niepce resmi bekerja sama mengembangkan temuan yang lalu disebut heliografi. Dalam bahasa Yunani, helios adalah matahari dan graphos adalah menulis.
    Karena Niepce meninggal pada tahun 1833, Daguerre kemudian bekerja sendiri sampai enam tahun kemudian hasil kerjanya itu diumumkan ke seluruh dunia.
    FOTOGRAFI kemudian berkembang dengan sangat cepat. Tidak semata heliografi lagi karena cahaya apa pun kemudian bisa dipakai, tidak semata cahaya matahari.
    Penemuan cahaya buatan dalam bentuk lampu kilat pun telah menjadi sebuah aliran tersendiri dalam fotografi.
    Cahaya yang dinamai sinar-X kemudian membuat fotografi menjadi berguna dalam bidang kedokteran.
    Pada tahun 1901, seorang peneliti bernama Conrad Rontgen menemukan pemanfaatan sinar-X untuk pemotretan tembus pandang. Temuannya ini lalu mendapat Hadiah Nobel dan peralatan yang dipakai kemudian dinamai peralatan rontgen.
    Cahaya buatan manusia dalam bentuk lampu sorot dan juga lampu kilat (blits) kemudian juga menggiring fotografi ke beberapa ranah lain. Pada tahun 1940, Dr Harold Edgerton yang dibantu Gjon Mili menemukan lampu yang bisa menyala-mati berkali-kali dalam hitungan sepersekian detik.
    Lampu yang lalu disebut strobo ini berguna untuk mengamati gerakan yang cepat. Foto atlet loncat indah yang sedang bersalto, misalnya, bisa difoto dengan strobo sehingga menghasilkan rangkaian gambar pada sebuah bingkai gambar saja.
    Demikian pula penemuan film inframerah yang membantu berbagai penelitian. Kabut yang tidak tembus oleh cahaya biasa bisa tembus dengan sinar inframerah. Tidaklah heran, fotografi inframerah banyak dipakai untuk pemotretan udara ke daerah-daerah yang banyak tertutup kabut.
    Kemajuan Pesat
    KEMAJUAN teknologi memang memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar mesin jahit hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.
    Temuan teknologi makin maju sejalan dengan masuknya fotografi ke dunia jurnalistik. Karena belum bisa membawa foto ke dalam proses cetak, surat kabar mula-mula menyalin foto ke dalam gambar tangan. Dan surat kabar pertama yang memuat gambar sebagai berita adalah The Daily Graphic pada 16 April 1877. Gambar berita pertama dalam surat kabar itu adalah sebuah peristiwa kebakaran.
    Kemudian, ditemukanlah proses cetak half tone pada tahun 1880 yang memungkinkan foto dibawa ke dalam surat kabar.
    Foto pertama di surat kabar adalah foto tambang pengeboran minyak Shantytown yang muncul di surat kabar New York Daily Graphic di Amerika Serikat tanggal 4 Maret 1880. Foto itu adalah karya Henry J Newton.
    Banyak cabang kemajuan fotografi yang terjadi, tetapi banyak yang mati di tengah jalan. Foto Polaroid yang ditemukan Edwin Land, umpamanya, pasti sudah tidak dilirik orang lagi karena kini foto digital juga sudah nyaris langsung jadi.
    Juga temuan seperti format film APSS (tahun 1996) yang langsung mati suri karena teknologi digital langsung masuk menggeser semuanya.
    Bagaimana pun, fotografi adalah bagian penting dari kebudayaan manusia.(ARBAIN RAMBEY)

    Kumpulan Photography Artikel & Tips di Internet


    well, how to start this ya
    mau sharing2 lagi nih sama temen2, artikel2 menarik dari para Amateurs/Proffesional di Internet

    maklum dah, sya "belum" jadi proffesional photographer, jadi ya kurang pantas klo bikin topik se-akan2-an jago/fasih cuap2 soal photography.

    well, kan banyak sekali tutorials/tips/trick soal photography di Internet,
    Mari kita semua kumpulin website2 yg menarik disini menjadi satu, baca bareng2 di komputer masing2, praktekin bareng2 klo ada hunting bersama Neeps, sapa tau membantu perkembangan kita bersama2

    Digital camera plus Lens review web:
    - www.dpreview.com
    - www.digitalcamerareview.com
    - www.steves-digicams.com
    - www.canonlensreview.com
    - www.lens-reviews.com
    - www.slr-lens.com
    - www.kamera-digital.com/review/
    - http://www.prophotohome.com

    Tips & Tutorial photography wb:
    - http://www.betterphoto.com
    - www.great-landscape-photography.com/ photography-articles.html
    - www.starephotography.com/articles/index.php
    - www.starephotography.com/articles/index.php
    - www.wedpix.com/articles/
    - www.popphoto.com/

    uhmm, mase banyak lagi kan website2 yg menarik?  saya yakin mungkin saja tiap org baca Forum/Website yg berbeda2, tdk ada salahnya sharing dsini, jadi dari kita2 yg masih baru, tidak perlu susah2 utk cari info2 yg salah...

    sekian yo